Rabu, 12 Agustus 2020

it will be better untitled

Halo, ingin menuangkan cerita di blog ini lagi. Sebenernya banyak banget draft yang belum selesai karena kehabisan ide. Tapi di tulisan kali ini, lebih kepengen untuk curhat, menuangkan isi hati yang penuh pertanyaan. Tahun 2020 ini emang tahun yang paling beda, paling cepet terasanya, dan sekaligus paling hampa menurut gue. Di awal tahun, tanpa berpikir panjang (padahal rasanya sudah dipikirkan matang-matang), gue memutuskan untuk resign dari tempat kerja. Padahal gue baru kerja disana selama 4 bulan. Ada logika berpikir gue yang salah sebelum memutuskan untuk resign dari tempat kerja pertama gue. Jujur, penyesalannya datang lama setelah gue resign. Gue akhir-akhir ini baru merasakan penyesalan kenapa gue tidak mempersiapkan diri untuk resign lebih matang lagi, at least gue sudah dapat kepastian apa yang akan gue kejar setelah resign. Waktu itu gue cuma berpikir gue ngga suka sama lingkungan kerja gue yang menurut gue nggak sportif dan mungkin gue terlalu idealis. Disitu gue lupa bahkan nggak kepikiran untuk ngobrol atau sharing sama atasan-atasan atau senior-senior di tempat kerja. Gue lebih memilih untuk ngedumel dalam hati, atau berbagi ke orang yang sifatnya sama kayak gue sehingga ngga menghasilkan pemikiran baru. Waktu masih kerja di tempat lama, gue udah mulai cari-cari pekerjaan dan ikut beberapa interview di beberapa perusahaan. Hasilnya nihil, gue sama sekali belum berhasil, bahkan sampai detik ini gue masih belum berhasil lolos interview. Dulu pas ditanya kenapa resign sama orang-orang kantor, gue beralibi mau cari pengalaman baru dan mempersiapkan lanjutan studi. Gue yakin saat itu gue berada di fase ingin sekolah lagi, but turns out sekarang gue belum yakin, lebih tepatnya belum menemukan alasan yang mendukung untuk melanjutkan studi master. Gue masih kepengen kerja di perusahaan orang, punya banyak teman dan kenalan, membangun career path, nabung untuk masa depan dan keluarga. Gue merasa saat ini gue lebih siap dan matang untuk bekerja, gue sudah bisa mengendalikan idealisme gue tentang dunia kerja. 

Dulu gue bekerja sebagai sales yang produknya adalah aplikasi belajar yang lagi naik daun. Gue senang sama pekerjaan tersebut, dan gue sadar itu adalah skill and gift yang gue miliki. Entah apa yang gue pikirkan dulu, mungkin gue jenuh atau ya, belom siap menghadapi dunia kerja sebelumnya. Dan faktor external lainnya yang gue akui gue salah dalam menilainya. Saat ini gue sudah mempersiapkan diri agar hal-hal yang dulu menjadi kesalahan gue tidak terjadi lagi di pekerjaan yang berikutnya. Nggak lama setelah gue resign, datanglah pandemi Covid-19 ini, yang membuat semakin struggle untuk mencari pekerjaan. Dan mulai tumbuh rasa nyesel kenapa harus resign padahal beberapa minggu setelah gue memutuskan resign itu WFH. Tapi, it is enough to being regret! I moved on, I started my small business. Iya, secara spontan gue mulai bisnis kecil-kecilan. Gue hobi masak, dan ya gue jual makanan masakan gue. Gue masak dan menjual pasta panggang yang resepnya ada di kepala gue. Di bulan pertama sampai bulan kedua, alhamdulillah setiap minggunya selalu ada pesanan. Market gue masih teman-teman dan tetangga. Dan mulai di bulan ketiga penjualannya mulai menurun, karena hampir semua teman gue dan teman adek gue udah beli makanan gue. Gue masih kesulitan untuk memperluas market gue, sehingga mulai dari bulan-bulan berikutnya ngga setiap buka PO ada yang pesan, pernah dalam sebulan cuma ada satu pesanan ukuran kecil, dan pernah istirahat jualan juga. Keuangannya pun mulai berantakan karena gue juga berusaha memenuhi kebutuhan gue dengan uang bisnis gue :). Tabungan juga mulai menipis bahkan habis, dan sadly gue sekarang kembali dapet uang jajan dari orang tua. 

Gue selalu ingin terlihat tegar dan happy didepan semua orang, tapi gue paling nggak bisa bohong sama diri sendiri. Gue bisa tiba-tiba nangis kalau kepikiran masalah pekerjaan ini. Gue juga bisa tiba-tiba pecah didepan ortu kalau udah ngga kuat memendam perasaan sedih. Salah satu cara yang gue lakukan untuk bisa lepas selepas-lepasnya adalah dengan berdoa, berkomunikasi sama Yang Maha Kuasa, solat, meningkatkan kualitas ibadah. Meskipun jawabannya bisa datang kapan pun, dan dengan cara apapun. Gue juga belom tahu bagaimana Allah akan memberikan gue rejeki dari pekerjaan yang seperti apa, gue tetep berusaha meluruskan niat gue bekerja itu untuk apa, gue selalu minta dimudahkan untuk bisa meluruskan niat. Bagaimanapun juga gue sadar gue adalah manusia yang harus berusaha dan menyerahkannya ke Allah. Gue berusaha memperbaiki semua hubungan gue dengan Allah dan juga dengan sesama manusia. 

Semoga apa yang disemogakan dalam do'a, akan menjadi kenyataan dengan ridha-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Passion? Just listen to your heart!

Sejak SMP, gue udah suka banget sama kegiatan tulis-menulis, terutama di Blog. Gue juga punya role-model blogger-blogger Indonesia, sebut sa...