Sabtu, 04 Februari 2017

Self Upgrading

Hello,
Senangnya punya waktu dan mood buat menulis lagi di blog. By the way, sebenernya masih bingung blog ini mau diisi konten yang seperti apa. Tapi ngga peduli lah toh gue juga nggatau ini ada yang baca apa ngga (hahaha). Cuma menuangkan rasa yang ada di otak buat nulis tentang 'Self Upgrading'. 

SELF UPGRADING 
Menurut gue self upgrading adalah saat kita mencari tahu dan mempelajari hal baru yang sebelumnya belum pernah kita coba atau nggak mau kita coba. Self upgrading buat gue sendiri adalah salah satu cara biar tetep up to date dan nggak ketinggalan tren yang cepet banget berubahnya. Jadi secara nggak langsung dengan self upgrading kita mengikuti perkembangan jaman yang mungkin dalam hitungan bulan atau tahun sudah jadi hal yang 'jadul'. Banyak banget hal baru yang gue pelajari di tahun 2016. Di 2016 gue belajar yang namanya video editing walaupun masih yang super basic banget! Tapi gue cukup puas dan (agak) bangga (dengan diri gue sendiri) dengan hasil yang sesuai dengan ekspektasi gue. Dari situ gue mulai suka videografi, hampir kemana-mana sebisa mungkin gue ngerekam apapun. Walaupun akhirnya harus ketemu titik bosen (lagi), tapi di awa 2017 kemaren, self upgrading gue kepake. Gue menjadi videografer untuk kegiatan pengamatan sosek di sebuah kegiatan eksplorasi di wilayah Garut. Yap. Karena pernah berusaha meng-Upgrade skill, gue ngga canggung megang kamera dan merekam pemandanga, kegiatan, wawancara, dll. Selain itu gue juga jadi ngerti tentang kamera dan fotografi, dan ya masih basic banget. Tapi seneng karena dulu juga sempet tertarik sama fotografi tapi baru ada kesempatan buat belajarnya sekarang, pas kuliah. Well, di 2016 banyak banget hal yang gue achieve lewat self upgrading. Di 2016 gue meng-upgrade diri gue dengan memberanikan diri ke luar negeri sendiri dan diintrograsi berkali-kali sama orang Imigrasi di Malaysia dan Singapura. Rasanya emang deg-degan tapi gue bisa buktiin gue bisa dan berani menghadapi orang-orang baru dan asing. 

List your own self upgrading. Sama seperti nulis target-target tahunan sih sebenernya tapi ii lebih spesifik aja karena ini hal yang bener-bener baru buat kita. For your information, pas nulis target-target gue nggapernah nulis taret waktunya kapan. Karena menurut gue nggapenting itu kapan kesampeannya yang penting harus tercapai! Karena gue percaya kalau Allah udah bilang terjadi, maka terjadilah (kun faya kun). Lakuin aja apapun sebisa lo, seadanya waktu, yang penting tercapai dan memuaskan. Dan satu lagi, YAKIN. Yakin bahwa semua keinginan lu akan menjadi nyata suatu saat nanti. Dan jangan berenti mikirin mimpi lu. Dan jangan lupa juga buat berusaha dan berdoa buat mimpi-mimpi itu. :):) 

AIESEC Global Citizen Program: Persatuan Kebajikan Orang-Orang Istimewa, Johor Bahru, Malaysia

Hai, akhirnya berhasil ngumpulin mood buat sharing tentang kegiatan yang aku ikutin sebulan lalu, yaitu program AIESEC Global Citizen. Sekilas tentang program ini, program ini merupakan wadah bagi kita yang memiliki ketertarikan di bidang sosial melalui projek-projek tentang pendidikan, lingkungan, kesehatan dan kewirausahaan. Kegiatan ini diwadahi oleh AIESEC, sebuah organisasi kepemudaan internasional yang bergerak dalam bidang kepemimpinan. AIESEC sendiri ada di hampir seluruh kampus di dunia. Pergerakannya yang sudah mendunia membuat aku tertarik untuk mendaftarkan diri di salah satu program AIESEC. Program ini dibuka setiap peralihan musim (setiap 3 bulan). Tetapi karena kuliah di IPB agak sulit untuk mengajukan izin saat perkuliahan, aku memilih untuk berangkat di liburan semester genap ini. Sistem pendaftarannya adalah mendaftar secara online, lalu akan di wawancara oleh AIESECer di kampus. Then wait for the result. Tidak memakan waktu lama untuk mengetahui apakah kita bisa melanjutkan ke step berikutnya atau tidak. Setelah resmi diterima, aku mendapatkan banyak pembekalan untuk perjalanan ke luar negeri, hingga akhirnya bisa berangkat ke Malaysia.

What Project You Choose?
Pada awalnya aku mendaftar di projek Soroptimst International Johor Bahru, yaitu sebuah organisasi sosial yang menaungi pendidikan bagi anak-anak usia sekolah dasar. Projeknya adalah untuk mengajar mereka Bahasa Inggris. Aku tertarik karena disana ada banyak anak-anak, dan mengajar Bahasa Inggris, dua hal yang aku suka ada disana. Lokasinya juga strategis dan dekat dengan pasar. Aku melakukan wawancara melalui Skype dengan AIESECer dari Universiti Teknologi Malaysia. Hasilnya pun langsung keluar beberapa jam setelah wawancara, dan aku diterima di projek ini. Excited. Very excited. Aku langsung mengurus semua yang aku butuhkan seperti paspor (karena belum pernah punya paspor sebelumnya) dan perintilan lainnya. Namun, di H-4 keberangkatan, AIESECer dari Malaysia memberi informasi bahwa NGO tersebut sedang masa peralihan pasca pergantian kepemimpinan, jadi mereka tidak bisa menerima volunteer untuk beberapa waktu. Karena nggak mungkin untuk menunda keberangkatan, singkat cerita aku pindah projek ke PKOOI (Persatuan Kebajikan Orang-Orang Istimewa). NGO (Non Government Organization) ini menaungi orang-orang 'istimewa' yang memiliki keterbelakangan mental. Disana aku harus membantu mereka melakukan olahraga di pagi hari, dan membuat kerajinan tangan di siang hari. 

While Paper-Crafting

Disana, aku tinggal bersama 18 penghuni, dan mereka semua memiliki keterbelakangan mental. Tapi beberapa dari mereka masih bisa melakukan tugas-tugas rumah tangga seperti menyapu, mencuci piring, membersihkan rumah, dan mengambil makan. Mereka terbilang sangat mandiri dan bertanggung jawab pada tugas mereka masing-masing. Selain itu, aku juga tinggal bersama teman sesama relawan dari London, namanya Anu. Dia adalah AIESECer di Nottingham University dan juga menjadi Exchange Participant (EP). Kami makan makanan yang sama dengan para penghuni disana. Mereka juga terlihat saling membantu satu sama lain. Bagai memiliki keluarga baru disana. Kebanyakan dari mereka sengaja dititipkan oleh keluarganya karena keluarga mereka tidak memiliki cukup waktu untuk merawat mereka. Awalnya aku sempet berpikir kalau mereka yang tinggal disana karena keluarganya ngga mampu dan ngga sanggup buat merawat mereka, But its all about willingness and chances. 

Been there for a while changes my mind till forever. I learn so much from those experience, chance, and my activities there. I'm feeling blessed with everything I have right now. Thanks God. Thanks parents. Thanks friends. Thanks AIESEC. 

Note: Aku pergi ke Malaysia sebenernya bulan Juli 2016. Tapi baru bisa menyelesaikan cerita pengalaman ini bulan Februari 2017. Hahaha. 

Passion? Just listen to your heart!

Sejak SMP, gue udah suka banget sama kegiatan tulis-menulis, terutama di Blog. Gue juga punya role-model blogger-blogger Indonesia, sebut sa...