Senin, 23 November 2020

Passion? Just listen to your heart!

Sejak SMP, gue udah suka banget sama kegiatan tulis-menulis, terutama di Blog. Gue juga punya role-model blogger-blogger Indonesia, sebut saja Diana Rikasari, Sonia Eryka, dan blogger-blogger Indonesia lainnya yang naik daun pada tahun 2010-an. Karena mostly yang gue ikutin adalah fashion blogger, gue juga suka foto-foto pake baju yang gue punya waktu itu. Dulu belum ada sosial media, jadi gue cuma publish foto-foto itu di Blog gue yang lama. Jujur sih, kalau diliat lagi agak cringe sama gaya tulisan sendiri, hehe. Tapi, waktu gue menulis itu, gaya bahasa yang trend pada saat itu ya, yang seperti itu. Tapi entah kenapa, gue waktu itu nggak punya keberanian untuk self-branding diri gue as a blogger, or something like that yang dulu belom ada kata-kata influencer. Padahal gue cukup aktif ngikutin blogger-blogger, copywriter, creators pada era tersebut. Sampe akhirnya, gue masuk ke SMA swasta yang kehidupannya jauh banget dari hirup-pikuk per-sosialan. Kayaknya mulai dari sini, gue jadi ngga pernah mengasah hal yang gue suka ini lagi. Pas di flashback, pas kecil gue punya cita-cita buat jadi jurnalis, penulis, pokoknya hal-hal yang berbau dengan penulisan. Tapi entah apa triggernya, tiba-tiba gue lost sama itu semua. Banting setir jadi masuk jurusan IPA karena waktu itu masih bingung 'mau jadi apa' dan 'mau kuliah jurusan apa'. Gue sadar waktu itu gue salah banget karena nggak punya 'tujuan'. Cita-cita pas lulus cuma mau masuk universitas negeri. Nggak mikirin hal lain yang sebenernya penting banget loh ternyata buat saat ini (tahun 2020). 

Apa yang mau gue sampaikan ke diri gue sendiri melalui tulisan ini, asah terus hal yang lo suka! Jangan minder atau terbawa pengaruh lingkungan. Gue sadar kehidupan sosial gue pas SMA itu rada weird, tapi dari sisi spiritual gue merasa lebih baik. Tapi as a social savvy, gue merasa ada di goa yang dalem banget sampe ngga tau dunia. I won't said it a very dark experience, tapi cuma sekedar 'seenngaknya ada hal baik yg gue dapetin'. Intinya, kalau punya pasion, go through for it.!

Kamis, 01 Oktober 2020

dear 2020, why you being this hard?

Dear 2020,

you will end by 100 days. you come with many wishes, but you'll go for more wishes. you come with tons of hope for everyone, but you'll go with many ups and downs for everyone too. you are just a very different decade. some people will say you are the worst decade so far. dear 2020, why you have to be a year for a pandemic called Covid-19? Why should COVID? I am asking WHY?

if I could count my blessing for this year, it may not as much as the bad things that happened to me. thank GOD I found myself this year, but I lost much hope. I lost my plan and dream. I am jobless, unemployed for months. I'm just afraid that I still with the same title by the end of this year. I lost my direction, I lost my confidence. and also THANK GOD for my best friends ever, who always listen and support me, make me stay sane every day. I thank GOD for the vacations and trips that I spent this year. thank GOD for every kindness You give, for every blessing steps. 

dear 2020, you just come with a lot of surprises. but, it is TOO MUCH!

Selasa, 01 September 2020

it may

it may take a long time, to understand what we really need, what we really want to be, who we really need in an urgent time. 

it may take some effort to found out where is the best place to be. we don't know until it happened to us.

do you ever feel useless, unappreciated, demotivated, all at the same time? is it normal to have this feeling at the same time? where or who to find the answers, me?

it may depend on how we think. do you ever feel tired of being positive? but, you know exactly when being negative didn't make you feel better.

Rabu, 12 Agustus 2020

it will be better untitled

Halo, ingin menuangkan cerita di blog ini lagi. Sebenernya banyak banget draft yang belum selesai karena kehabisan ide. Tapi di tulisan kali ini, lebih kepengen untuk curhat, menuangkan isi hati yang penuh pertanyaan. Tahun 2020 ini emang tahun yang paling beda, paling cepet terasanya, dan sekaligus paling hampa menurut gue. Di awal tahun, tanpa berpikir panjang (padahal rasanya sudah dipikirkan matang-matang), gue memutuskan untuk resign dari tempat kerja. Padahal gue baru kerja disana selama 4 bulan. Ada logika berpikir gue yang salah sebelum memutuskan untuk resign dari tempat kerja pertama gue. Jujur, penyesalannya datang lama setelah gue resign. Gue akhir-akhir ini baru merasakan penyesalan kenapa gue tidak mempersiapkan diri untuk resign lebih matang lagi, at least gue sudah dapat kepastian apa yang akan gue kejar setelah resign. Waktu itu gue cuma berpikir gue ngga suka sama lingkungan kerja gue yang menurut gue nggak sportif dan mungkin gue terlalu idealis. Disitu gue lupa bahkan nggak kepikiran untuk ngobrol atau sharing sama atasan-atasan atau senior-senior di tempat kerja. Gue lebih memilih untuk ngedumel dalam hati, atau berbagi ke orang yang sifatnya sama kayak gue sehingga ngga menghasilkan pemikiran baru. Waktu masih kerja di tempat lama, gue udah mulai cari-cari pekerjaan dan ikut beberapa interview di beberapa perusahaan. Hasilnya nihil, gue sama sekali belum berhasil, bahkan sampai detik ini gue masih belum berhasil lolos interview. Dulu pas ditanya kenapa resign sama orang-orang kantor, gue beralibi mau cari pengalaman baru dan mempersiapkan lanjutan studi. Gue yakin saat itu gue berada di fase ingin sekolah lagi, but turns out sekarang gue belum yakin, lebih tepatnya belum menemukan alasan yang mendukung untuk melanjutkan studi master. Gue masih kepengen kerja di perusahaan orang, punya banyak teman dan kenalan, membangun career path, nabung untuk masa depan dan keluarga. Gue merasa saat ini gue lebih siap dan matang untuk bekerja, gue sudah bisa mengendalikan idealisme gue tentang dunia kerja. 

Dulu gue bekerja sebagai sales yang produknya adalah aplikasi belajar yang lagi naik daun. Gue senang sama pekerjaan tersebut, dan gue sadar itu adalah skill and gift yang gue miliki. Entah apa yang gue pikirkan dulu, mungkin gue jenuh atau ya, belom siap menghadapi dunia kerja sebelumnya. Dan faktor external lainnya yang gue akui gue salah dalam menilainya. Saat ini gue sudah mempersiapkan diri agar hal-hal yang dulu menjadi kesalahan gue tidak terjadi lagi di pekerjaan yang berikutnya. Nggak lama setelah gue resign, datanglah pandemi Covid-19 ini, yang membuat semakin struggle untuk mencari pekerjaan. Dan mulai tumbuh rasa nyesel kenapa harus resign padahal beberapa minggu setelah gue memutuskan resign itu WFH. Tapi, it is enough to being regret! I moved on, I started my small business. Iya, secara spontan gue mulai bisnis kecil-kecilan. Gue hobi masak, dan ya gue jual makanan masakan gue. Gue masak dan menjual pasta panggang yang resepnya ada di kepala gue. Di bulan pertama sampai bulan kedua, alhamdulillah setiap minggunya selalu ada pesanan. Market gue masih teman-teman dan tetangga. Dan mulai di bulan ketiga penjualannya mulai menurun, karena hampir semua teman gue dan teman adek gue udah beli makanan gue. Gue masih kesulitan untuk memperluas market gue, sehingga mulai dari bulan-bulan berikutnya ngga setiap buka PO ada yang pesan, pernah dalam sebulan cuma ada satu pesanan ukuran kecil, dan pernah istirahat jualan juga. Keuangannya pun mulai berantakan karena gue juga berusaha memenuhi kebutuhan gue dengan uang bisnis gue :). Tabungan juga mulai menipis bahkan habis, dan sadly gue sekarang kembali dapet uang jajan dari orang tua. 

Gue selalu ingin terlihat tegar dan happy didepan semua orang, tapi gue paling nggak bisa bohong sama diri sendiri. Gue bisa tiba-tiba nangis kalau kepikiran masalah pekerjaan ini. Gue juga bisa tiba-tiba pecah didepan ortu kalau udah ngga kuat memendam perasaan sedih. Salah satu cara yang gue lakukan untuk bisa lepas selepas-lepasnya adalah dengan berdoa, berkomunikasi sama Yang Maha Kuasa, solat, meningkatkan kualitas ibadah. Meskipun jawabannya bisa datang kapan pun, dan dengan cara apapun. Gue juga belom tahu bagaimana Allah akan memberikan gue rejeki dari pekerjaan yang seperti apa, gue tetep berusaha meluruskan niat gue bekerja itu untuk apa, gue selalu minta dimudahkan untuk bisa meluruskan niat. Bagaimanapun juga gue sadar gue adalah manusia yang harus berusaha dan menyerahkannya ke Allah. Gue berusaha memperbaiki semua hubungan gue dengan Allah dan juga dengan sesama manusia. 

Semoga apa yang disemogakan dalam do'a, akan menjadi kenyataan dengan ridha-Nya.

Minggu, 24 Mei 2020

what kind of mistake(s) you did,

everyone did mistake(s)
no one born to be perfect
everyone did mistake(s)
and feel regret(s)
everyone did mistake(s)
then, they find the solution(s)
everyone did mistake(s)
they won't do it again.

Passion? Just listen to your heart!

Sejak SMP, gue udah suka banget sama kegiatan tulis-menulis, terutama di Blog. Gue juga punya role-model blogger-blogger Indonesia, sebut sa...